12 Agustus 2012

Menjaga lisa dan besyukur


Menjaga Lisan Dan Senantiasa Bersyukur

Sebagai muslim hendaknya kita mengerti bagaimana cara-cara mejaga lisan dan senantiasa selalu bersyukur, kita hidup di dunia adalah hanya untuk berlomba-lomba dalam kebenaran demi terwujudnya manusia yang agung. Jangan menganggap kita di dunia hanya mencari kesenangan keduniaan belaka, dan kita melupakan Allah SWT yang telah mencipta kan bumi dan seisinya, Allah berfirman :
“Dialah yang mejadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air ( hujan ) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.( QS Al-Baqarah : 22 ).
Penciptaan bumi dan langit merupakan karunia Allah SWT terhadap semua makhluk yang ada di bumi, dengan penciptaan itu Allah menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk manusia seluruhnya, hal ini berlandaskan firman Allah :
“Dia lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak ( menciptakan ) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.( QS Al-Baqarah : 29 ).
Ni’mat Allah ta’alaa yang telah dilimpahkan kapada kita besar dan banyak sekali, sehingga kita tidak bisa menghitungnya setiap detik, setiap waktu nafas kita selalu terhembus, begitu juga mata kita pun bisa melihat sesuatu yang indah. Allah ta’laa berfirman :
“Dan jika kalian menghitung ni’mat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya”.( QS Ibrahim : 34 ).
Di antara sekian banyak ni’mat yang terdapat dalam anggota tubuh kita yang bisa di rasakan dari banyaknya ni’mat yang diberikan Allah adalah lisan atau lidah, karena dengan lisan kita bisa mengungkapkan keinginan dan berkomunikasi dengan orang lain.
“Bukankah kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan dan dua bibir”.                  ( QS Al-Balad : 8-9 ).
Lisan bisa membuat kita terjerumus ke dalam neraka, dengan kita menyalah gunakan ni’mat Allah ini. Melalui lisan kita bisa menjatuhkan martabat orang lain, menyakiti hati orang lain dan memfitnah teman dan saudara-saudara kita. Tanpa disadari seringkali kita mengucapkan sesuatu perkataan dilepas begitu saja tanpa penjagaan dan pemikiran panjang antara baik serta buruknya, sehingga kadang-kadang keluar kalima-kalimat yang membinasakan, seperti dusta, ghibah, mencela dan lain sebagainya. Dan perkataan tersebut dengan mudah diucapkan secara ringan begitu saja tanpa adanya beban dan penyesalan serta tidak memikirkan akibatnya seakan-akan tidak ada balasan oleh apa yang telah diperbuat.
Sebaiknya dalam perkataan dan sebelum diucapkan terlebih dahulu harus difikirkan kegunaan dari pembicaraan kita, apakah perkataan kita salah atau benar, menyakitkan atau menyenangkan dll.
Lidah memang tidak bertulang sehingga mudah sekali berkata dengan seenaknya, oleh sebab itu kita sebagai generasi muslim harus bisa menjaga lisan kita dengan sebaik-baiknya. Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang mukmin adalah orang muslim yang selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. ( HR Muslim ).
Bahwasanya lisan itu adalah anggota tubuh yang sangat berbahaya bagi diri kita sendiri maupun orang  lain. Seorang muslim adalah orang muslim yang selamat dari lisannya, yakni ia menahan lisannya dari perkataan yang kotor dan terlarang oleh agama, tidak menyebutkan kejelekan-kejelekan sesama manusia melainkan kita harus berbicara dengan hal-hal yang bermanfaat serta dalam bingkai kebaikan, misalnya : diskusi, membaca buku, mengaji dan saling memberi nasehat, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya.
Maka dengan menjaga lisan dengan baik dan perkataan yang tidak dusta maka jaminannya adalah surga. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :
“Siapa yang menjamin untukku apa yang  ada di antara dua tulang rahangnya ( yaitu lisan ) dan apa yang ada di antara dua kakinya ( yaitu kemaluannya ) maka aku menjamin surga baginya” ( HR Al- Bukhari ).
Salah sat faktor yang mendorong timbulnya rasa syukur kita pada Allah adalah berbaik sangka atau husnuzon terhadap ketentuan Allah. Karena dengan hal itulah kita dapat berfikir bahwasanya dibalik semua permasalahan yang Allah berikan kepada kita, ada sebuah hikmah yang ingin Allah tampakkan di hadapan kita. Dan terlepas dari segala kemudahan yang telah Allah janjikan setelah kesulitan, maka hikmahnya adalah berupa sebuah keni’matan yang lebih utama, karena dengan mengetahui hkmah dari sebuah ujian hidup kita dapat mengerti hakekat hidup hidup yang dirancang Allah untuk kita, dan jika kita telah mengetahui apa hakekat hidup, insya Allah kita dapat lebih bijak dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan.
Allah ta’alaa telah  memerintahkan kita agar senantiasa berhusnuzon kepada-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam sebuah hadis qudsi :         ( Allah ta’laa Berfirman ) “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku........”
Maknanya ialah jika kita menaruh prasangka yang baik kepada Allah, maka insya Allah, Allah akan memberikan kemudahan atas segala permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Syukur Mendatangkan Ni’mat
Saudaraku, satu hal yang perlu kta sadari dan kita yakini, suatu masalah yang datang menghampiri hidup kita sebenarnya adalah sebuah proses yang dirancang oleh Allah untuk menaikkan derajat kita di mata-Nya, apabila kita menyikapinya dengan senantiasa berbaik sangka pada Allah. Ibarat seorang anak yang sedang belajar di sebuah sekolah, ia tidak akan pernah merasakan ni’matnya naik kelas jika ia tidak menjalani ujian kenaikan kelas. Begitu pula dengan hidup kita,  jika Allah menginginkan hambanya manjadi manusia yang memiliki derajat yang lebih mulia di sisi-Nya, maka Allah akan menguji kita terlebih dahulu sebelum memberikan kesempatan pada kita untuk memetik manisnya kehidupan setelah melewati berbagai macam ujian.
Bentuk dari syukur kita kepada Allah adalah diantaranya menggunakan ni’mat Allah dengan sebaik-baiknya dan menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat dan di haramkan oleh agma, selalu bersyukur maka akan selalu mendapatkan perlindungan dan berkah bagi pelakunya dari Allah, jauh dari siksaan dan azab neraka, dan banyak saudara-saudara yang senantiasa selalu menyayangi dan memberi bantuan karena kita selalu berkata yang baik-baik, sopan dan selalu manjaga lisan, begitu indah dunia ini jika semua manusia bisa menjaga lisan dan berhati-hati dalam berkata.
Hikmah bagi orang yang selalu menjaga lisan dan perkataan dapat kita ketahui secara jelas dan gamblang melalui gambaran dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, diantaranya adalah :
1.             Balasannya adalah surga
2.             Ni’mat selalu bertambah
3.             Disegani banyak umat manusia
4.             Hidup menjadi damai
5.             Terhindar dari fitnah
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersyukur, bersyukur dengan lisan bisa dilakukan melalui dzikir dan do’a serta sanjungan kepada Allah ta’alaa yang telah memberi ni’mat dan rezeki yang tak terhingga. Sudah sepatutnya tidak hanya sekedar memuji saja tetapi harus menunjukkan kecintaan  kita kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kita terhadap diri sendiri dan orang yang kita sayangi.
Apabila kita selalu dan sering bersyukur maka Allah akan menambah rezeki dan ni’mat-Nya, begitu juga dengan kualitas kehidupan kita, keberkahan dalam hidup akan semakin banyak dan selalu bertambah. Dan bersyukur mempunyai peranan penting dan kedudukan yang mulia dalam islam. Syukur laksana seutas tali untuk mengikat ni’mat-ni’mat yang ada dan ni’mat yang belum ada.
Syukur dan menjaga perkataan memiliki kedekatan serta keterkaitan yang begitu erat dan kokoh yang saling menopang antara yang satu dengan yang lainnya laksana saudara kandung, begitu juga beriman tanpa ada rasa syukur atas ni’mat-Nya disebut kufur, sama halnya dengan kufur yang begitu dekat dengan ingkar, semoga kita selalu menjadi hamba Allah yang senantiasa menjaga lisan serta bersyukur dan tidak kufur dari nu’mat-Nya.
Wallaahu ta’alaa a’lam bish-shawaab.


Oleh : Nugroho Yusuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar