14 Agustus 2012

Membentuk Generasi Muttaqin


Membentuk Generasi Muttaqin
Posisi para guru adalah posisi yang sangat vital, amalan yang ia kerjakan untuk mendidik generasi islam merupakan amal yang sangat mulia apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’aala semata. Para guru adalah orang- orang yang mengarahkan generasi muda islam sehingga menjadi pembawa dan penegak bendera Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas muka bumi. Mereka adalah para pendidik, para ustadz, para pembimbing dan pelatih, juga termasuk di dalamnya ayah dan ibu.
Dalam islam, bericara mengenai pendidikan tidak dapat dilepaskan dari asal muasal manusia itu sendiri. Kata “pendidikan” yang dalam bahasa arabnya disebut “tarbiyah” ( mengemba- ngkan, menumbuhkan, menyuburkan ) berakar satu dengan kata “Rabb” ( Tuhan ). Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan adalah sebuah nilai-nilai luhur yang tidak dapat di pisah- kan, serta di pilah-pilah dalam kehidupan manusia. Terpisahnya pendidikan dan terpilah-pilahnya bagian-bagiannya dalam kehidupan manusia berarti tejadi pula disintegrasi dalam kehidupan manusia, yang konsekwensinya akan melahirkan ketidakharmonisan dalam kehidupannya itu sendiri.
Menurut Al-Qur’an, asal muasal komposisi manusia itu tediri dari tiga hal yang tidak terpisahkan , yaitu : Jasad, Ruh dan Intelektualitas.
Manusia terlahir dalam keadaan yang sempurna dan sebaik-baik penciptaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala : ”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudia Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ( ciptaan )-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati; ( tetapi ) kamu sedikit kali bersyukur”( QS As-Sajdah : 7-9 ).
Semua manusia adalah sama dalam kondisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan  yang tidak berbeda. Kesimpulan ini telah ditegaskan oleh Rasaulullah SAW dalam berbagai haditsnya :
“Setiap anak yang lahir, dilahirkan di atas dasar fitrah. Hanya saja,kedua ibu bapaknya yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”( Hadits ).
“Setiap hambaku Aku ciptakan dengan kesiapan menjadi lurus ( baik ). Hanya saja, syetan-syetan menjadikan mereka tergelincir ( dalam kesesatan )”( Hadits Qudsi ).
Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada mereka, apabila mereka menunaikan tugasnya dengan baik  didalam pendidikan,ikhlas di dalam amalnya dan mengarahkan anak didik dengan agama, akhlaq dan pendidikan yang baik, makan akan berbahagialah anak didik dan para pendidik di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wassalam bersabda kepada anak pamannya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu :
“Demi  Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang melaluimu, maka yang demikian lebih baik bagimu dari pada unta merah. ( Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Pengajar kebaikan, dia akan di mintakan ampun oleh segala sesuatu yang ada dimuka bumi sampai ikan-ikan di lautan” ( HR. Thabrani dan lainnya ).
Apabila seorang guru lalai dari kewajibannya, bahkan mengarahkan para anak didik kepada penyimpangan dan kebinasaan serta akhlaq yang buruk, maka mereka akan sengsara, termasuk guru itu sendiri. Dan tentu saja dosa akan ditanggung olehnya dan dia akan bertanggungjawab di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya”( Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Maka seorang guru merupakan pemimpin di lingkungan pendidikannya dan dia bertanggung jawab terhadap anak-anak didiknya. Dengan demikian, hendaklah yang harus didahulukan adalah memperbaiki diri pribadi guru, sebelum yang lainnya. Sebab, menurut anak-anak didik kebaikan adalah apa yang dikerjakan sang pendidik, dan keburukan adalah apa yang ditinggalkannya. Memang kebaikan pribadi dan akhlaq para pendidik merupakan pendidikan bagi anak-anak didik.
Di antara tujuan pendidikan adalah menyiapkan pribadi dan generasi yang memiliki kepribadian mulia, pribadi yang senantiasa terkait dengan Rabbnya, senantiasa menyandarkan urusan dan aturan hidupnya hanya kepada-Nya. Berjuang untuk meluruskan masyarakatnya dan memperbaiki pemahaman-pemahaman mereka di atas dasar-dasar yang benar. Inilah inti dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan didasarkan pada pembentukan akhlaq yang mulia dan yang diterapkan dalam hubungan antara anak didik dengan Rabbnya, antara anak didik dengan gurunya, antara anak didik dengan teman-temannya, serta antara anak didik dengan lingkunga pendidikannya dan keluarganya.
Untuk menjadi pendidikyang sholih dan bemanfaat, maka diperlukan beberapa syrat, antara lain, Pertama : Mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain, baik dalam ucapan, amalan maupun prilakunya. Kedua : Mampu mengjar dan mendidik dalam waktu yang sama dengan berbekal keilmuan yang cukup.
Begitu pula dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitutahun-tahun pertama dalam kehidupannya ( usia pra-sekolah ). Sebab pada masa tersebut apa yang di tanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah. Dari sini, keluarga memiliki peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingnya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala macam usaha untuk mencapai tujuan itu.
Sarana yang mereka pergunakan antara lain :
1.                  Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggalkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi muttaqin.
2.                  Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak akhlaq nantinya.
3.                  Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Para ulama umat Islam telah menyadari pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan, beliau mengatakan : ”Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang di sodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan bebahagialah kedua orang tuamya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengurus dan walinya.
Maka hendaklah kita memelihara, mendidik dan membina serta mengajari anak dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiaskannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa. Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang –orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai  Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ ( QS At-Tahrim : 6 ).
Banyak penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan Islam. Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja bermanfaat untuk mempersiapkan generasi yang bertqwa, ikhlas beramal, kreatif dan inisiatif, cerdas dan bertanggungjawab tehadap agama, masyarakat, bangsa dan negara. Apa yang mereka katakan dapat kami ringkaskan sebagai berikut : “Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan serta isi yang jelas dan terarah, yaitu : menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan tak perlu ditanyakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada sholat, zakat, puasa dan haji saja, akan tetapi semua karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah adalah ibadah.

Oleh  : Hasanudin Hafidz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar