Membentuk
Generasi Muttaqin
Posisi para guru adalah
posisi yang sangat vital, amalan yang ia kerjakan untuk mendidik generasi islam
merupakan amal yang sangat mulia apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan
ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’aala semata. Para guru adalah orang- orang
yang mengarahkan generasi muda islam sehingga menjadi pembawa dan penegak
bendera Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas muka bumi. Mereka adalah para pendidik,
para ustadz, para pembimbing dan pelatih, juga termasuk di dalamnya ayah dan
ibu.
Dalam islam, bericara
mengenai pendidikan tidak dapat dilepaskan dari asal muasal manusia itu
sendiri. Kata “pendidikan” yang dalam
bahasa arabnya disebut “tarbiyah” (
mengemba- ngkan, menumbuhkan, menyuburkan ) berakar satu dengan kata “Rabb” ( Tuhan ). Hal ini mengindikasikan
bahwa pendidikan adalah sebuah nilai-nilai luhur yang tidak dapat di pisah-
kan, serta di pilah-pilah dalam kehidupan manusia. Terpisahnya pendidikan dan
terpilah-pilahnya bagian-bagiannya dalam kehidupan manusia berarti tejadi pula
disintegrasi dalam kehidupan manusia, yang konsekwensinya akan melahirkan
ketidakharmonisan dalam kehidupannya itu sendiri.
Menurut Al-Qur’an, asal
muasal komposisi manusia itu tediri dari tiga hal yang tidak terpisahkan ,
yaitu : Jasad, Ruh dan Intelektualitas.
Manusia terlahir dalam
keadaan yang sempurna dan sebaik-baik penciptaan, sebagaimana firman Allah
Ta’ala : ”Yang membuat segala sesuatu
yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari
tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudia Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ( ciptaan )-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati; ( tetapi ) kamu
sedikit kali bersyukur”( QS As-Sajdah : 7-9 ).
Semua manusia adalah
sama dalam kondisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini
dengan dasar penciptaan dan kehidupan
yang tidak berbeda. Kesimpulan ini telah ditegaskan oleh Rasaulullah SAW
dalam berbagai haditsnya :
“Setiap
anak yang lahir, dilahirkan di atas dasar fitrah. Hanya saja,kedua ibu bapaknya
yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”( Hadits ).
“Setiap
hambaku Aku ciptakan dengan kesiapan menjadi lurus ( baik ). Hanya saja,
syetan-syetan menjadikan mereka tergelincir ( dalam kesesatan )”( Hadits Qudsi
).
Baik dan buruknya
masyarakat tergantung kepada mereka, apabila mereka menunaikan tugasnya dengan
baik didalam pendidikan,ikhlas di dalam
amalnya dan mengarahkan anak didik dengan agama, akhlaq dan pendidikan yang
baik, makan akan berbahagialah anak didik dan para pendidik di dunia dan
akhirat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wassalam bersabda kepada
anak pamannya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu
:
“Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada
seseorang melaluimu, maka yang demikian lebih baik bagimu dari pada unta merah.
(
Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Juga Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Pengajar
kebaikan, dia akan di mintakan ampun oleh segala sesuatu yang ada dimuka bumi
sampai ikan-ikan di lautan” ( HR. Thabrani dan lainnya
).
Apabila seorang guru
lalai dari kewajibannya, bahkan mengarahkan para anak didik kepada penyimpangan
dan kebinasaan serta akhlaq yang buruk, maka mereka akan sengsara, termasuk
guru itu sendiri. Dan tentu saja dosa akan ditanggung olehnya dan dia akan
bertanggungjawab di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Setiap
kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya”(
Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Maka seorang guru
merupakan pemimpin di lingkungan pendidikannya dan dia bertanggung jawab
terhadap anak-anak didiknya. Dengan demikian, hendaklah yang harus didahulukan
adalah memperbaiki diri pribadi guru, sebelum yang lainnya. Sebab, menurut
anak-anak didik kebaikan adalah apa yang dikerjakan sang pendidik, dan
keburukan adalah apa yang ditinggalkannya. Memang kebaikan pribadi dan akhlaq
para pendidik merupakan pendidikan bagi anak-anak didik.
Di antara tujuan
pendidikan adalah menyiapkan pribadi dan generasi yang memiliki kepribadian
mulia, pribadi yang senantiasa terkait dengan Rabbnya, senantiasa menyandarkan
urusan dan aturan hidupnya hanya kepada-Nya. Berjuang untuk meluruskan
masyarakatnya dan memperbaiki pemahaman-pemahaman mereka di atas dasar-dasar
yang benar. Inilah inti dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
didasarkan pada pembentukan akhlaq yang mulia dan yang diterapkan dalam
hubungan antara anak didik dengan Rabbnya, antara anak didik dengan gurunya,
antara anak didik dengan teman-temannya, serta antara anak didik dengan
lingkunga pendidikannya dan keluarganya.
Untuk menjadi
pendidikyang sholih dan bemanfaat, maka diperlukan beberapa syrat, antara lain,
Pertama : Mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain, baik dalam
ucapan, amalan maupun prilakunya. Kedua : Mampu mengjar dan mendidik dalam
waktu yang sama dengan berbekal keilmuan yang cukup.
Begitu pula dalam
keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan
anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada
masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak,
yaitutahun-tahun pertama dalam kehidupannya ( usia pra-sekolah ). Sebab pada
masa tersebut apa yang di tanamkan dalam diri anak akan sangat membekas,
sehingga tak mudah hilang atau berubah. Dari sini, keluarga memiliki peranan
besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi
bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam telah
menyadari pentingnya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan
dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala macam
usaha untuk mencapai tujuan itu.
Sarana yang mereka pergunakan antara lain :
1.
Merusak wanita muslimah dan
mempropagandakan kepadanya agar meninggalkan tugasnya yang utama dalam menjaga
keluarga dan mempersiapkan generasi muttaqin.
2.
Merusak generasi muda dengan upaya mendidik
mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak
akhlaq nantinya.
3.
Merusak masyarakat dengan menyebarkan
kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya
dapat dihancurkan.
Para ulama umat Islam
telah menyadari pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al
Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan, beliau
mengatakan : ”Ketahuilah, bahwa anak
kecil merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan
permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan
apapun dan condong kepada apa saja yang di sodorkan kepadanya. Jika dibiasakan
dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan bebahagialah kedua
orang tuamya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika
dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscya akan
menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengurus dan walinya.
Maka hendaklah kita
memelihara, mendidik dan membina serta mengajari anak dengan akhlak yang baik,
menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiaskannya bersenang-senang dan
tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya
untuk mencari hal tersebut bila dewasa. Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang –orang yang beriman, periharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ ( QS At-Tahrim : 6
).
Banyak penulis dan
peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan Islam. Mereka berbicara panjang
lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja bermanfaat untuk mempersiapkan
generasi yang bertqwa, ikhlas beramal, kreatif dan inisiatif, cerdas dan
bertanggungjawab tehadap agama, masyarakat, bangsa dan negara. Apa yang mereka
katakan dapat kami ringkaskan sebagai berikut : “Nyatalah bahwa pendidikan
individu dalam Islam mempunyai tujuan serta isi yang jelas dan terarah, yaitu :
menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan
tak perlu ditanyakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi
pengertian ibadah pada sholat, zakat, puasa dan haji saja, akan tetapi semua
karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah adalah ibadah.
Oleh :
Hasanudin Hafidz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar