Berfikir Parsial
Matahari itu berbeda dengan bulan. Matahari memancarkan sinar, sedangkan
bulan hanya memantulkan sinar. Mataharihanya terlihat di siang hari, sedangkan bulan terlihat di malam hari. Keduanya berbeda. Sekalipun keduanya sama-sama
makhluk Allah, sama-sama lemah, sama-sama terbatas, dan sama-sama membutuhkan,
tetapi keduanya berbeda. Oleh karena itu, kesimpulan kita adalah bahwa
“matahari dan bulan itu berbeda”
Mengapa kita membedakan antara matahari dengan bulan, padahal keduanya
adalah makhluk Allah? Itu karena kita melihat fakta yang berbeda. Faktanya,
matahari berbeda dengan bulan. Terlihatnya fakta yang berbeda, telah membedakan
antara fakta satu dengan fakta yang lain. Terlihatnya suatu fakta, bisa diraih
ketika kita melihat (mengidentifikasi) beberapa hal yang menjadi ciri mendasar
atau ciri khas dari fakta tersebut. Adanya ciri khas atau ciri mendasar, telah
membedakan antara fakta satu dengan yang lain.
Matahari itu berbeda dengan bulan. Itu jelas. Perbedaan mendasar keduanya
adalah waktu terbitnya, waktu kemunculannya, sifat dari zatnya. Matahari hanya
terlihat pada siang hari, sedangkan bulan hanya terlihat malam hari. Matahari
terbit waktu pagi hari, sedangkan bulan terbitnya ketika matahari mulai
terbenam. Matahari memiliki sifat memancarkan cahaya, sedangkan bulan memiliki
sifat memantulkan sinar. Kita memikirkan matahari tentang banyak hal. Kita juga
memikirkan banyak fakta berkaitan dengan bulan. Kemudian kita pikirkan hal
apakah yang paling mendasar di antara keduanya, baru kita membedakannya.
Kesimpulannya, matahari berbeda dengan bulan.
Kapitalisme dan komunisme itu berbeda. Sekalipun keduanya sama-sama
ideologi, tetapi keduanya memiliki fakta yang berbeda. Sekalipun keduanya
sama-sama pernah dianut oleh negara, tetapi keduanya berbeda dalam hal
aplikasinya. Mengapa kita membedakannya? Karena keduanya memiliki ciri khusus
(mendasar) yang berbeda. Komunisme berangkat dari materialisme sedangkan
kapitalisme berangkat dari sekulerisme. Sekalipun keduanya sama-sama ideologi
kufur, tetapi keduanya jelas berbeda. Kita membedakannya, karena adanya
perbedaan mendasar yang menjadi ciri khas keduanya. Inilah yang dimaksud dengan
berpikir menyeluruh.
Namun demikian, cara berpikir menyeluruh seperti ini rupanya tidak selalu
menjadi cara berpikir setiap orang. Artinya, cara berpikir menyeluruh ini
kadang digunakan, tetapi di saat yang lain dibuang. Jika dibuang, lalu cara
berpikir seperti apakah yang digunakan? Tidak lain adalah cara berpikir parsial
atau setengah-setengah.
Apa itu cara berpikir setengah-setengah? Cra berpikir setengah-setengah
adalah cara berpikir yang mengambil kesimpulan secara gegabah tanpa melihat
ciri mendasar atau ciri khas yang ada pada masing-masing fakta. Cara berpikir
seperti ini, biasanya dibangun dari cara berpikir logika. Itu pun dengan
premis-premis yang setengah-setengah, atau bahkan malah premis yang salah.
Contoh, menyamakan antara Hizbut Tahrir dengan Muktazilah. Premis pertama,
Hizbut Tahrir dikatakan menolak hadis ahad. Premis kedua, Muktazilah juga
menolak hadis ahad. Kesimpulannya, Hizbut Tahrir sama dengan Muktazilah.
Contoh lain, Hizbut Tahrir sama dengan Khawarij. Premis pertama, Hizbut
Tahrir selalu menentang perintah penguasa. Premis kedua, Khawarij juga selalu
menentang perintah penguasa. Kesimpulannya, Hizbut Tahrir sama dengan Khawarij.
Contoh lain, suatu ketika seseorang yang sangat fanatik dengan
organisasinya menyatakan kepada saya, Hizbut Tahrir itu sama seperti
Muhammadiyah. Premis pertama, Hizbut Tahrir memulai Ramadhan 1433 H pada hari
Jumat. Premis kedua, Muhammadiyah juga memulai Ramadhan 1433 H pada hari Jumat.
Kesimpulannya, Hizbut Tahrir sama seperti Muhammadiyah.
Ada contoh lain lagi. Ada orang yang mengatakan kepada saya, Gerakan Wahabi
itu sama seperti Majelis Tafsir Alquran. Masalahnya, keduanya sama-sama menolak
tahlilan, yasinan, dan shalawatan.
Contoh yang lain lagi. Hizbut Tahrir dikatakan hipokrit. Sebab, di satu
sisi Hizbut Tahrir menolak sistem republik, tetapi tidak mengharamkan orang
yang bekerja menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang notabene hidup di sistem
republik. Ada juga yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir hipokrit. Di satu sisi
mengharamkan regulasi yang berasal dari negara demokrasi, tetapi di sisi lain
Hizbut Tahrir mendaftarkan diri di Kementerian Dalam Negeri.
Masih ada juga contoh lainnya. Misalnya, Hizbut Tahrir dan Ikhwanul
Muslimin itu sama. Sama-sama seperti Khawarij. Sebab, Hizbut Tahrir dan
Ikhwanul Muslimin di banyak negara selalu mengkritik kebijakan penguasa dan
melawan penguasa. Contoh lain lagi, Hizbut Tahrir dikatakan sama seperti Partai
Komunis Indonesia (PKI). Sebab, keduanya sama-sama menyerukan revolusi.
Contoh lagi, Hizbut Tahrir dikatakan sama seperti Syiah. Gara-garanya,
Syiah dan Hizbut Tahrir sama-sama menginginkan imamah. Bahkan ada yang pernah
mengatakan kepada saya, Hizbut Tahrir itu sama seperti PKS. Sebab, keduanya
sering ‘menyerang NU’ di beberapa tempat. Baik itu cara beribadahnya atau
kaitannya dengan tahlilan dan yasinan. Masya Allah…
Sungguh, cara berpikir seperti ini adalah cara berpikir yang berbahaya.
Bisa memecah belah umat. Cara generalisir seperti ini, jelas sekali tidak
berangkat dari cara berpikir yang menyeluruh. Hanya karena adanya kesamaan di
satu sisi, kemudian disamakan semuanya. Masya Allah..
Cara berpikir seperti ini, berangkat dari cara berpikir parsial
(setengah-setengah). Padahal jika seseorang mau berpikir menyeluruh, berpikir
tentang banyak hal, dan berpikir mendalam tentang ciri khas (khusus) dari dua
fakta yang berbeda, tentu yang ada adalah pembedaan.
Misalnya, Hizbut Tahrir dikatakan sama seperti Muktazilah, hanya gara-gara
adanya asumsi bahwa Hizbut Tahrir dan Muktazilah sama-sama menolak hadis ahad
dan mengingkari siksa kubur. Padahal, Hizbut Tahrir tidak pernah menolak hadis
ahad (baik dalam masalah akidah ataupun syariah), dan Hizbut Tahrir juga
mempercayai azab kubur.
Atau menyamakan antara Gerakan Wahabi dengan Majelis Tafsir Alquran.
Padahal Gerakan Wahabi memiliki fakta khusus yang berbeda dengan Majelis Tafsir
Alquran, bagaimana bisa keduanya dikatakan sama? Bagaimana bisa Hizbut Tahrir
dan Ikhwanul Muslimin dikatakan Khawarij, padahal Hizbut Tahrir dan Ikhwanul
Muslimin memiliki fakta atau ciri khas yang berbeda dengan Khawarij? Bagaimana
bisa Asy Syahid Hasan Al Banna dikatakan sebagai tokoh sufi, sedangkan fakta
khusus dari Hasan Al Banna, berbeda dengan para tokoh sufi? Bagaimana bisa
Hizbut Tahrir disamakan dengan PKI, sedangkan keduanya memiliki fakta yang
berbeda?
Berdasarkan pemahaman yang parsial itu, diketahui bahwa sebenarnya orang
yang terlalu simplikatif (menyederhanakan masalah) dengan cara
menyamakan-nyamakan antara satu fakta dengan yang lain, sebenarnya adalah orang
yang memiliki pengetahuan yang setengah-setengah.
Bagi yang menyamakan Hizbut Tahrir dengan Muktzailah, ketahuan bahwa dia
tidak memiliki fakta menyeluruh tentang Hizbut Tahrir dan Muktazilah. Bagi
orang yang menyamakan Ikhwanul Muslimin dengan Khawarij, ketahuan sekali bahwa
dia tidak mengetahui fakta menyeluruh tentang Ikhwanul Muslimin dan fakta
menyeluruh tentang Khawarij. Bagi orang yang menyamakan antara Majelis Tafsir
Alquran (MTA) dengan Gerakan Wahabi, jelas sekali ketahuan bahwa dia tidak
memiliki fakta menyeluruh tentang Gerakan Wahabi dan MTA. Bagi orang yang
menganggap Hizbut Tahrir hipokrit karena mendaftarkan diri di Kemendagri, jelas
sekali dia tidak memiliki fakta menyeluruh tentang pemahaman Hizbut Tahrir dan
konsep halal-haram. Lebih bodoh lagi, ketika ada orang menyamakan antara Hizbut
Tahrir dengan Muhammadiyah atau PKI. Masya Allah..
Walhasil, sikap gegabah dan serampangan dalam mengambil kesimpulan telah
membuat orang menjadi gelap mata. Entah apa yang tersembunyi dalam hatinya dan
apa yang dia pikirkan, yang jelas perbuatan tercela itu benar-benar dilihat
Allah dan dicatat malaikat. Jika suatu pihak disama-samakan dengan pihak lain,
padahal keduanya memiliki fakta yang berbeda, itu sudah cukup menjadi suatu
fitnah. Dia telah menuduh saudaranya melakukan ini dan itu, padahal saudaranya
tersebut tidak melakukannya. Hendaknya kita takut akan firman Allah,
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al Ahzab: 58)
Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang tidak gegabah dalam melakukan
justifikasi. Sebab, sesungguhnya Hizbut Tahrir itu bersaudara dengan Gerakan
Wahabi, MTA, PKS, Ikhwanul Muslimin, Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Dewan
Dakwah, Al Ittihadiyah, Persis, Al Washliyah, Sarekat Islam, Gerakan Tarbiyah, KAMMI,
Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama, Ikatan Muda Muhammadiyah, dan seluruh elemen
Islam, apa pun namanya. Sesungguhnya kami bersaudara. Saling ingat-mengingatkan
dalam kebenaran dan kesabaran.