31 Agustus 2012

Nasruddin Hoja


Nasruddin Hoja dan Cincin di Rumah Gelap Gulita
Nasruin Hoja (ilustrasi)

Suatu hari Nasruddin Hoja, sang sufi yang humoris, kehilangan cincin di dalam rumahnya yang gelap gulita. Anehnya, ia justru mencari cincinnya di halaman rumah, bukan di dalam rumahnya.

Bahkan, tetangganya pun turut serta membantu mencari cincin Nasruddin. Namun, saat dikatakan bahwa cincinnya hilang di dalam rumah, tetangganya jengkel dan meninggalkan Nasruddin sendirian. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita, bahwa jika kehilangan suatu barang, maka carilah ia di tempat hilangnya, jangan mencari di tempat lain.

Tapi, kisah yang terkesan konyol itu tentu memiliki makna lain. Melalui kisah di atas, Nasruddin tampaknya ingin mengajarkan kepada kita makna berbeda di balik alasannya mencari cincin yang hilang itu di luar rumahnya. Dan, makna itu relevan pada masa kini.

Pertama, berapa banyak dari kita yang begitu bangga mencari idola atau tokoh panutan di luar rumah kita sen diri, di luar agama Islam? Kita seakan bangga ketika mengenal nama Karl Marx (tokoh komunis), Adolf Hitler (Nazi), Neil Armstrong (manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan), dan Sigmund Freud (filosof). Atau, bahkan sejumah selebritas dunia seperti Ma riah Carey, Michael Jackson, Whitney Houston, dan Lady Gaga. Begitu pula dengan olahragawan top dunia lainnya.

Tapi, kita tidak pernah bangga dengan pemimpin umat ini, Nabi Muhammad SAW, teladan yang paling baik, dan khulafaur rasyidin seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, juga Ali bin Abi Thalib. Begitu pula dengan tokoh Muslim lainnya semacam Al-Biruni (tokoh astronomi), Ibnu Sina (kedokteran), al-Jabbar (matematika), Ibnu Rusyd (filosof), dan al-Khawarizmi.

Kedua, tentang rumah Nasruddin yang gelap gulita dan ia justru mencari cincinnya yang hilang itu di luar rumahnya. Ini bisa memberi pelajaran kepada kita bahwa rumah kita sesungguhnya sama dengan rumah Nasruddin, gelap gulita tanpa ada pelita atau cahaya (penerangan) sedikit pun.

Gelap gulita itu bukan semata-mata karena tidak ada lampu, tapi rumah kita gelap karena kita sendiri tak pernah mau meneranginya dengan cahaya ilahi. Kita berada dalam kegelapan karena kita disibukkan dengan urusan materi. Kita tak menerangi rumah kita dengan lantunan kalam ilahi atau shalat di dalamnya. Akibatnya rumah kita gelap gulita seperti kuburan.

Kita disibukkan dengan gadgetse perti ponsel, Blackberry, atau Ipad yang menjadi kebanggaan kita. Bahkan, hampir setiap hari kita bersentuhan dengan ponsel, tapi tak pernah menyentuh Alquran. Padahal, kalam ilahi merupakan cara kita berkomunikasi dengan Sang Pencipta Alam Semesta ini.

Rasulullah SAW sudah mengingatkan kita, “Hiasilah rumahmu dengan shalat dan (lantunan) Alquran.” (HR Bukhari). Dalam riwayat lain disebut kan, “Hiasilah rumahmu dengan shalat dan membaca Alquran, jangan jadikan ia seperti kuburan.”

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Nasruddin Hoja di atas, dengan menjadikan pemimpin umat (Rasulullah SAW) dan para tokoh Muslim sebagai teladan terbaik bagi kita. Selain itu, kita juga perlu memperbanyak cahaya penerangan rumah kita dengan membaca dan menadaburi Alquran. Wallahu a’lam.
SUMBER : republika.co.id

Muslim Amerika


Muslim Amerika Serikat sedang menunaikan shalat Jumat di Gedung Capitol Washington
 Jumlah penduduk Muslim di Amerika Serikat meningkat tajam dalam satu dekade tarakhir. Jumlah umat Muslim di negeri Paman Sam itu mengalahkan jumlah warga Yahudi untuk kali pertama di sebagian besar Midwest.

Dalam sebuah sensus agama di AS yang digelar Asosiasi Statistik dari Badan Keagamaan Amerika, Selasa (1/5) waktu setempat, imbas dari meroketnya populasi warga Muslim AS membuat gereja-gereja di AS kehilangan jamaahnya http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/muslim-amerika-serikat-sedang-menunaikan-shalat-jumat-di-gedung-_120503084046-188.JPGdan sering kosong saat kegiatan agama.

Umat Muslim di AS naik menjadi 2,6 juta orang pada 2010, bertambah dua kali lipat lebih dari satu juta orang pada 2000 lalu. "Kenaikan tersebut karena derasnya arus imigrasi dan jumlah penduduk yang menjadi mualaf," kata Dale Jones, peneliti yang terlibat dalam sensus asosiasi statistik untuk badan-badan agama di Amerika (ASARB) itu.

Selain Muslim, jumlah pemeluk Mormon atau The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints juga meningkat sebesar 45 persen, menjadi 6,1 persen pada 2010. "Di setiap negara bagian Kristen tetap menjadi kelompok agama yang paling tinggi di negeri itu. Tapi kami menemukan sejumlah hal menarik, yakni pertumbuhan pemeluk Mormon, yang tercatat di 26 negara bagian," kata Jones dalam sebuah konfrensi di Chicago, AS.

Dalam sensus itu, para peneliti mendata jumlah pemeluk dari 236 agama di negeri adidaya tersebut. Anggota keluarga dari pemeluk agama juga termasuk dalam data yang dihitung. Secara umum 55 persen warga AS masih beribadah secara teratur. Meski demikian, sebagian besar survey yang pernah dilakukan menyebut sekitar 85 persen penduduk AS yang mengaku beragama, tidak beribadah secara teratur. Sementara 158 juta orang As mengaku tidak memeluk agama apa pun alias ateis.

Dari sejumlah agama besar, Katolik menjadi agama yang kehilangan pemeluk terbanyak, berkurang sebanyak lima persen menjadi 58,9 juta jiwa selama satu dekade terakhir.

"Katolik mengalami pengurangan jumlah pemeluk paling banyak," ujar Jones sembari menyebut Maine, tempat terjadinya kasus pelecehan anak oleh pastor.

Di wilayah New England, upacara pemakaman pemeluk Katolik melebihi jumlah pemakaman pemeluk Kristen Baptis. Sedankan jumlah pemeluk Gereja Southern Baptist Convention mempunyai jumlah pemeluk yang stabil, yakni 19,9 juta jiwa selama satu dekade terakhir.

Gereja Metodist kehilangan pemeluk sebanyak empat persen menjadi 9,9 juta jiwa, Gereja Luteran Evangelis kehilangan 18 persen pemeluk menjadi 4,2 juta jiwa, dan Gereja Episkopal kehilangan 15 persen mejadi hanya 1,95 jiwa.

Meski pelan, pemeluk kongregasi-kongregasi protestan Evangelis terus bertumbuh, menjadi 50 juta pemeluk. Uniknya, peningkatan itu terjadi di daerah perkotaan dan hanya terdiri dari komunitas-komunitas yang terdiri dari hanya 100 orang.

Pemeluk Agama Budha juga meningkat drastis di negara-negara bagian di sekitar Rocky Montain, tempat jumlah kuil dan kongregasinya semakin meningkat. Jumlah pemeluk Budha di AS kini tercatat hampir satu juta jiwa

Mendatangkan keberkahan hidup


Iman dan Taqwa, Mendatangkan Keberkahan Hidup
“Jikalau sekiranya penduduk negri-negri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan           ( ayat-ayat kami ) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.(QS:7:96).
Begitulah Allah SWT memperumpamakan antara iman dan kesesatan, keduanya bagaikan sesuatu yang berlawanan, yang satu mendapatkan berkah dari langit dan bumi, sedangkan yang lainnya diturunkan azab dan siksa terhadap perbuatan mereka, ayat tersebut memberikan kabar gembira bagi yang bertaqwa dan ancaman kepada yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah SWT.
Setiap orang tentu saja ingin memperoleh keberkahan dalam hidupdi dunia, karena itu kita selalu berdo’a  dan memintakan orang lain mendo’akan kita agar segala sesuatu yang kita miliki dan dan kita upayakan memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Secara harfiyah, brkah berarti an-nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini berarti berkah adalah kebaikan yang bersumberdari Allah yang ditetapkan  terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembanng dan bertambah besar manfaat kebaikannya.
Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang dididamkan. Namun, Allah SWT tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Ternyata, Allah SWT hanya akan memberikan keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertaqwa, sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya yang artinya :”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ( ayat-ayat kami ) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (Q:7:96).
Apabila manusia, baik secara pribadi maupun kelompok atau masyarakat memperoleh keberkahan dari Allah SWT, maka kehidupannya akan selalu berjalam dengan baik, rezeki yang diperolehnya cukup bahkan melimpah, sedangkan ilmu dan amalnya selalu memberi manfaat yang besar dalam kehidupan. Di sinilah letak pentingnya bagi kita memahami apa sebenarnya keberkahan itu agar kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.
Bentuk dan Macam  Keberkahan
Secara umum, keberkahan yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang  yang beriman bisa kita bagi kedalam tiga kelompok :
Pertama :keberkahan dalam keturunan, yaitu dengan lahirnya generasi yang sholeh. Generasi yang sholeh adalah yang kuat imannya, luas ilmunya dan banyak amal sholehnya, ini merupakan sesuatu yang sangat penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap manusia.
Kelangsungan Islam dam umat Islam salah satu faktornya adalah adanya topangan dari generasi yang sholeh. Generasi semacam itu juga memiliki jasmani yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa menjalani kehidupan dengan sebai-baiknya. Keberkahan semacam ini telah diperoeh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya yang ketika usia mereka sudah begitu tua ternyata masih dikaruniai anak, bahkan tidak hanya ismail yang sholeh, sehat dan cerdas, tapi juga Ishak dan Ya’qub.
Di dalam Al-Qur’an keberkahan semacam ini diceritakan oleh Allah  yang artinya : ”Dan istrinya berdiri ( dibalik tirai ) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak ( akan lahir putranya ) Ya’qub. Isterinya berkata :Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamikupun dalam keadaanyang sudah tua pula ? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata : Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah ?( itu adalah ) rahmat Allah dan keberkahan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”. (QS : 11 : 71-73 ).
Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan yang halal dan thayyib, hal ini karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu Katsir menjelaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-A’raaf : 96 di atas adalah rezeki makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah disamping halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang yang di berkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh nafkah.
Disamping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang thayyib itu tidak hanya mengenyangkan tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya dengan tenaga yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan nilai-nilai kebaikan sebagai bukti dari ketaqwaan kepada Allah SWT, Allah berfirman yang artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik, dari apa yang telah  Allah tizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.( QS : 5: 88 ).
Karena itu, agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi, meskipun sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau secukupnya, hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam makan maupun minum, Allah SWT berfirman yang artinya : “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlabih-lebihan”.( QS : 7 : 31 ).
Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia dan dimanfaatkan untuk kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta, memperluas ilmu maupun memperbanyak amal sholeh, karena itu Allah menganugrahi kepada kita waktu, baiksiang maupun malam dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam, tapi bagi orang yang di berkahi Allah maka dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal mungkin sehingga pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien dan bermanfaat.

Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu karakteristik waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi, Allah berfirman yang artinya : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran” ( QS :103 : 1-3 ).
Karena itu, bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk membuktikan pengabdiannya kepada Allah SWT, meskipun dalam berbagai bentuk usaha yang berbeda serta penciptaan laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan ( harta di jalan Allah ) dan bertqwa dengan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( syurga ), maka kami ( Allah SWT ) kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.( QS : 92 : 1-7 ).
Kunci Keberkahan
Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa sebagai seorang muslim, keberkahan dari Allah SWT, merupakan sesuatu yang amat dan sangat penting. Karena itu, ada kunci yang harus dimiliki serta diusahakan dalam hidup ini. Sekurang-kurangnya ada dua faktor yang menjadi kunci keberkahan itu.
1.Iman dan taqwa yang benar
Di dalam ayat di atas, sudah dikemukakan bahwa Allah SWT akan menganugrahkan keberkahan kepada hamba-hambanya yang beriman dan bertqwa kepada-Nya. Semakin mantap iman dan taqwa yang kita miliki, maka semakin besar keberkahan yang Allah berikan kepada kita. Karena itu menjadi keharusan kita besama untuk terus memperkokoh iman dan taqwa kepada Allah SWT. Salah satu ayat yang sangat menekankan akan pentingnya taqwa kepada orang yang beriman adalah firman Allah yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri / muslim”.( QS : 3: 102 ).
Keimanan dan ketaqwaan yang benar selalu ditunjukkan seorang mu’min dalam bentuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, baik dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan sendiri maupun bersamaa orang lain. Tegasnya keimanan dan ketaqwaannya itu dibuktikan dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga dan dimanapun dia berada.
2.Berpedoman kepada Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber kekuatan sehingga apabila kita manjalankan pesan-pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan berpedoman kepadanya dalam berbagai aspek kehidupan, niscaya kita akan memperoleh keberkahan dari Allah SWT, Allah SWT berfirman yang artinya : “Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab ( peringatan ) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka kenapa kamu mengingkarinya ?”.( QS : 21 : 50, lihat juga QS : 38 : 29, 6 : 155 ).
Setiapkita harus mengimani kebenaran Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah SWT sehingga kita akan terbimbing dengannya, selalu dalam naungan Al-Qur’an, kemudian kita membaca serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut aspek pribadi, keluarga, masyarakat maupun bangsa.
Akhirnya, bahwa keberkahan dari Allah yang kita dambakan itu, memperolehnya harus dengan berdo’a dan berusaha yang sungguh-sungguh, yakni dalam bentuk memantapkan iman dan taqwa serta menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidup ini.


Oleh : Fauzi Fathurrahim

Bahagian dengan berbagi


Bahagia Dengan Berbagi
Banyak sekali orang yang memiliki harta kekayaan yang berlimpah, tetapi berperilaku bakhil, kikir, dan hanya mementingkan diri sendiri. Mereka tidak peduli terhadap penderitaan kesusahan, dan kesulitan orang lain. Dengan berperilaku seperti itu, mereka mengangap akan menjadi lebih baik, lebih menyejahterahkan, dan lebih membahagiakan dirinya.
Sikap dan pandangan hidup seperti ini secara tajam dikritik oleh Allah SWT dalam firman-Nya pada surat Ali Imran ayat 180. Ayat tersebut berbunyi, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan ( yang ada ) dilangit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”.
Allah SWT juga mengingatkan kita bahwasikap kikir dan hanya mementingkan diri sendiri itu pasti akan membawa banyak kerusakan. Bukanhanya tatanan kehidupan pribadi dan keluarga yang dirusak. Prilaku tersebut juga merusak masyarakat dan bangsa di dunia ini apalagi di akhirat nanti. Hal ini berbeda secara diametral dengan pandangan orang pragmatis, materialis dan egois.
Kebahagiaan yang hakiki dan sejati justru akan dapat diraih manakala kita mampu memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan. Fakir, miskin, anak yatim, dan orang-orang yang menderita lainnya, yang kini jumlahnya semakin banyak, adalah kalangan yang banyak memerlukan kepedulian manusia-manusia yang senang berbagi.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tabrani dari Abi Darda dikemukakan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat, “Inginkah kalian mendapatkan ketenangan batin dan kebahagiaan yang hakiki serta terpenuhi segala kebutuhan hidup ? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah makanan dari sebagian makananmu”. Dalam hadits shahih lainnya dikemukakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rizki oleh Allah SWT, manakala kalian mau menolong, membantu, dan memberi kepada orang-orang yang lemah dan menderita dalam kehidupan”.
Limpahkan rizki dari harta yang kini sedang kita miliki mamiliki banbanyak tujuan. Salah satu tujuan utamanya adalah menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan keberpihakan kepada kaum dhuafa. Tujuan itu bisa dicapai dengan melakukan berbagai kegiatan yang bermafaat bagi peningkatan kesejahteraan  kehidupan mereka sekaligus melatih diri untuk berbagi dan memberi dari apa yang kita miliki. Pantaslah dalam perspektif pandangan ajaran islam bahwa tangan di atas ( memberi ) jauh labih baik dari pada tangan di bawah ( hanya mau menerima ).

22 Agustus 2012

Fakta Islam


                                                                           Fakta Unik Tentang Islam

1. Nama “Muhammad” adalah nama yang paling populer di seluruh dunia, dan menempati urutan nomor dua di negara inggris untuk nama bayi laki-laki ( urutan pertama ditempat...i oleh nama ‘Jack’ )

2. Albania merupakan negara satu-satunya di benua Eropa yang 90% penduduknya beragama Islam

3. Kata-kata berikut ini diserap dari bahasa Arab : Algebra, Zero, Cotton, Sofa, Rice, Candy, Safron, Balcony, bahkan ‘Alcohol’ juga berasal dari bahasa Arab, Al-Kuhl, yang mempunyai arti bubuk

4. Beberapa ayat di dalam Al-Qur’an menggambarkan pentingnya persamaan hak antara pria dan wanita ( secara perhitungan matematik ). Kata “Pria” dan “Wanita” di dalam Al-Qur’an sama-sama berjumlah 24

5. Tidak ada apa-apa di dalam Ka’bah

6. Islam merupakan agama yang pertumbuhannya paling cepat di dunia menurut banyak sumber, diperkirakan akan menjadi agama nomor 1 pada tahun 2030

7. Umat Hindu percaya bahwa di dalam Ka’Bah ada salah satu dari Tuhan mereka yang bernama “Shiva Lingam”

8. Nabi Muhammad SAW melaksanakan ibadah haji hanya sekali dalam hidupnya

9. Jikalau sekarang Al-Qur’an dihancurkan, maka versi arab dari Al-Qur’an akan segera di-recover oleh jutaan muslim, yang disebut Huffaz yang telah menghafalkan kata-kata di dalam Al-Qur’an dari mulai awal sampai dengan akhir ayat.

10. Nama original dari kota suci Madinah adalah “YATHRIB”

11. Pemeluk agama islam tumbuh 2,9% per tahun. Pertambahan ini lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk bumi sendiri yang hanya 2,3% per tahun.

12. Berdasarkan sumber data dari Departmen Pertahanan Amerika Serikat. Dari 1,4 juta prajurit di militer Amerika, diperkirakan berkisar 3.700 yang beragama Islam ( Muslim ).

13. Agama islam masuk ke nusantara ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup.

14. Sebanyak 8 juta umat muslim yang kini berada di AS dan 20.000 orang AS masuk Islam setiap tahun setelah peristiwa 9/11.

15. Jasad Nabi Muhammad SAW pernah ingin dicuri 2 kali, namun kedua-duanya gagal dan salah satu dari mereka yang mencuri dihilangkan oleh Allah dari bumi.

16. Jasad mumi Firaun (Ramses II) yang tenggelam di laut merah, Baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. setelah sekitar 3000 tahun berada di bawah tanah dan pasir.

17. Kitab suci Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga.

18. Jika agama lain selain islam bisa memiliki lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya.

19. Para astronot termasuk Neil Amstrong telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi yang berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), radiasi tersebut menembus planet mars dan masih berlanjut. peneliti mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.

20. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad yang berada di Mekkah merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.

21. Shalat yang pertama dilaksanakan oleh Rasulallah Saw menghadap Masjidil Haram adalah shalat Ashar bersama para sahabat, setelah sebelumnya berkiblat ke Masjidil Baitul Maqdis selama enam belas bulan.

22. Ibrahim adalah “Bapak” dari tiga agama, yakni “Judaisme”, “Nasrani”, dan “Islam”.

23. Jumlah Malaikat tidak terhitung dan tidak ada yang tahu tapi hanya Allah yang mengetahuinya.

24. Islam, mengandung arti “submisi” atau “menyerah” kepada satu Tuhan, Allah. “Islam” juga berasal dari kata “salam”, "perdamaian” dan yang kedua dalam arti “berserah diri”. demikian, arti dari “Islam” adalah “kedamaian yang sempurna yang datang bila kita hidup berserah diri kepada Allah.”

25. Rasulullah pernah membelah bulan menjadi 2 bagian hanya dengan menunjuk bulan menggunakan jarinya diabadikan Allah dalam al-Qur’an surah Al-Qamar ayat 1: “Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah.”

26. Sebelum Nabi Ibrahim menginjakkan kakinya ke tanah Makkah sudah ada bangunan Ka’bah yang sudah dibangun oleh para malaikat dan generasi sebelum Nabi Ibrahim as. Hal itu dapat dipahami dari kata “Yarfa’u” meninggikan berarti meninggikan bangunan yang sudah ada.

27. Aliran sesat di Indonesia dalam rentangan waktu selama 6 tahun saja (2001 – 2006) sudah mencapai angka 250 aliran yang menyesatkan.

28. Rasulullah menyebutkan ada 73 golongan dalam islam, dan hanya 1 yang akan masuk jannah yaitu “Al Jama’ah”.

29. Nabi Muhammad SAW tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis, namun ingatannya sangat kuat dan sangat cerdas.

30. Kata2 terakhir Nabi Muhammad sebelum wafat adalah “Ummatii … ummatii … ummatii” yang mengungkapkan betapa besar cintanya kepada umatnya hingga akhirnya beliau wafat.

salam ukhuwah fillah

silhkan bergabung di www.facebook.com/MerajutUkhuwahDalamDakwah

Kisah Abu Nawas

                                                            Ketika Abu Nawas Berdoa Minta Jodoh 

Ada saja cara Abu Nawas berdoa agar dirinya mendapatkan jodoh dan menikah. Karena kecerdasan dan semangat dalam dirinya, akhirnya Abu Nawas mendapatkan istri yang cantik dan shalihah.

Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa. Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita. Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah. Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu. Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

"Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku. Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu. Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya. Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah. Ia pun introspeksi diri.

"Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku," katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi. Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.

"Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya. Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri. Lama-lama ia mulai khawatir juga. Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia. Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Abu Nawas memang cerdas. Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit "diplomatis" dengan Allah. Ia pun mengubah doanya.

"Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku. Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah. Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan. Maka, berikanlah ia menantu," begitu doa Abu Nawas.

Barangkali karena keikhlasan dan "keluguan" Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas. Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya. Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.

(sumber:detikRamadhan)

14 Agustus 2012

Membentuk Generasi Muttaqin


Membentuk Generasi Muttaqin
Posisi para guru adalah posisi yang sangat vital, amalan yang ia kerjakan untuk mendidik generasi islam merupakan amal yang sangat mulia apabila dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’aala semata. Para guru adalah orang- orang yang mengarahkan generasi muda islam sehingga menjadi pembawa dan penegak bendera Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas muka bumi. Mereka adalah para pendidik, para ustadz, para pembimbing dan pelatih, juga termasuk di dalamnya ayah dan ibu.
Dalam islam, bericara mengenai pendidikan tidak dapat dilepaskan dari asal muasal manusia itu sendiri. Kata “pendidikan” yang dalam bahasa arabnya disebut “tarbiyah” ( mengemba- ngkan, menumbuhkan, menyuburkan ) berakar satu dengan kata “Rabb” ( Tuhan ). Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan adalah sebuah nilai-nilai luhur yang tidak dapat di pisah- kan, serta di pilah-pilah dalam kehidupan manusia. Terpisahnya pendidikan dan terpilah-pilahnya bagian-bagiannya dalam kehidupan manusia berarti tejadi pula disintegrasi dalam kehidupan manusia, yang konsekwensinya akan melahirkan ketidakharmonisan dalam kehidupannya itu sendiri.
Menurut Al-Qur’an, asal muasal komposisi manusia itu tediri dari tiga hal yang tidak terpisahkan , yaitu : Jasad, Ruh dan Intelektualitas.
Manusia terlahir dalam keadaan yang sempurna dan sebaik-baik penciptaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala : ”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudia Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh ( ciptaan )-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati; ( tetapi ) kamu sedikit kali bersyukur”( QS As-Sajdah : 7-9 ).
Semua manusia adalah sama dalam kondisi ini. Mereka semua tercipta dan dilahirkan ke alam dunia ini dengan dasar penciptaan dan kehidupan  yang tidak berbeda. Kesimpulan ini telah ditegaskan oleh Rasaulullah SAW dalam berbagai haditsnya :
“Setiap anak yang lahir, dilahirkan di atas dasar fitrah. Hanya saja,kedua ibu bapaknya yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”( Hadits ).
“Setiap hambaku Aku ciptakan dengan kesiapan menjadi lurus ( baik ). Hanya saja, syetan-syetan menjadikan mereka tergelincir ( dalam kesesatan )”( Hadits Qudsi ).
Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada mereka, apabila mereka menunaikan tugasnya dengan baik  didalam pendidikan,ikhlas di dalam amalnya dan mengarahkan anak didik dengan agama, akhlaq dan pendidikan yang baik, makan akan berbahagialah anak didik dan para pendidik di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wassalam bersabda kepada anak pamannya, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu :
“Demi  Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang melaluimu, maka yang demikian lebih baik bagimu dari pada unta merah. ( Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Juga Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Pengajar kebaikan, dia akan di mintakan ampun oleh segala sesuatu yang ada dimuka bumi sampai ikan-ikan di lautan” ( HR. Thabrani dan lainnya ).
Apabila seorang guru lalai dari kewajibannya, bahkan mengarahkan para anak didik kepada penyimpangan dan kebinasaan serta akhlaq yang buruk, maka mereka akan sengsara, termasuk guru itu sendiri. Dan tentu saja dosa akan ditanggung olehnya dan dia akan bertanggungjawab di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya”( Muttafaqqun ‘Alaihi ).
Maka seorang guru merupakan pemimpin di lingkungan pendidikannya dan dia bertanggung jawab terhadap anak-anak didiknya. Dengan demikian, hendaklah yang harus didahulukan adalah memperbaiki diri pribadi guru, sebelum yang lainnya. Sebab, menurut anak-anak didik kebaikan adalah apa yang dikerjakan sang pendidik, dan keburukan adalah apa yang ditinggalkannya. Memang kebaikan pribadi dan akhlaq para pendidik merupakan pendidikan bagi anak-anak didik.
Di antara tujuan pendidikan adalah menyiapkan pribadi dan generasi yang memiliki kepribadian mulia, pribadi yang senantiasa terkait dengan Rabbnya, senantiasa menyandarkan urusan dan aturan hidupnya hanya kepada-Nya. Berjuang untuk meluruskan masyarakatnya dan memperbaiki pemahaman-pemahaman mereka di atas dasar-dasar yang benar. Inilah inti dari dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan didasarkan pada pembentukan akhlaq yang mulia dan yang diterapkan dalam hubungan antara anak didik dengan Rabbnya, antara anak didik dengan gurunya, antara anak didik dengan teman-temannya, serta antara anak didik dengan lingkunga pendidikannya dan keluarganya.
Untuk menjadi pendidikyang sholih dan bemanfaat, maka diperlukan beberapa syrat, antara lain, Pertama : Mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain, baik dalam ucapan, amalan maupun prilakunya. Kedua : Mampu mengjar dan mendidik dalam waktu yang sama dengan berbekal keilmuan yang cukup.
Begitu pula dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitutahun-tahun pertama dalam kehidupannya ( usia pra-sekolah ). Sebab pada masa tersebut apa yang di tanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah. Dari sini, keluarga memiliki peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingnya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala macam usaha untuk mencapai tujuan itu.
Sarana yang mereka pergunakan antara lain :
1.                  Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggalkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi muttaqin.
2.                  Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak akhlaq nantinya.
3.                  Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Para ulama umat Islam telah menyadari pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan, beliau mengatakan : ”Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang di sodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan bebahagialah kedua orang tuamya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengurus dan walinya.
Maka hendaklah kita memelihara, mendidik dan membina serta mengajari anak dengan akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiaskannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa. Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang –orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai  Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ ( QS At-Tahrim : 6 ).
Banyak penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan Islam. Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu saja bermanfaat untuk mempersiapkan generasi yang bertqwa, ikhlas beramal, kreatif dan inisiatif, cerdas dan bertanggungjawab tehadap agama, masyarakat, bangsa dan negara. Apa yang mereka katakan dapat kami ringkaskan sebagai berikut : “Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam Islam mempunyai tujuan serta isi yang jelas dan terarah, yaitu : menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan tak perlu ditanyakan lagi bahwa totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada sholat, zakat, puasa dan haji saja, akan tetapi semua karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah adalah ibadah.

Oleh  : Hasanudin Hafidz

Keutamaan Ilmu


Keutamaan Ilmu dan Orang yang Berilmu
Islam itu beda dan istimewa dibanding agam yang lain. Banyak hal untuk menunjukkan hal itu, salah satunya adalah sikap islam terhadap ilmu pengetahuan dan para ilmuan, baik ilmu-ilmu agama maupun umum. Keduanya ( ilmu dan ilmuwan ) mendapatkan posisi tinggi dan penting dalam islam, yang tidak diraih oleh yang lainnya.
Bagaimana tidak ? Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagai referensi tertinggi umat islam, telah menegaskan hal itu. Lalu, ditunjukkan juga dengan sikap para sahabat nabi, para tabi’in ( murid-murid sahabat nabi ), hingga zaman keemasan islam. Maka, sudah semestinya bagi umat islam masa kini mengembalikan supremasi yang sudah hilang, yang diawali pemahaman yang benar terhadap posisi ilmu dan ilmuwan. Merenungi dan tidak menganggap nya ini sebagai utopia ( mimpi ) semata. Sebab mimpi kemarin adalah kenyataan hari ini, khayalan hari ini adalah kenyataan hari esok.
Rasulullah SAW memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini”( Al- Hadits ). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslimin, sesungguhnya Allah mencinyai para penuntut ilmu”            ( Al-Hadits ).
Sebagai muslim, kita harus menguasai iptek. Ada 3 alasan mengapa kita harus menguasai iptek :
1.      Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri.
2.      Negara-negara barat mencegah berkembangnya iptek di negara islam. Ini juga merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri.
3.      Adanya upaya untuk melemahkan umat islam dari memikirkan kemajuan ipteknya, misalnya umat islam disodori persoalan-persoalan kelasik, agar umat islam sibuk sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri ( adu domba ).
Menuntut ilmu ituwajib bagi seluruh orang islam, sebagaimana nabi bersabda: ”Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim ( muslim laki - lalki dan muslim   perempuan )”. ( HR Ibnu Majah )
Kita harus mempelajari ilmu sebelum kita berbicara dan beramal tentang sesuatu : “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah ( sesembahan tuhan ) selain Allah.........”( Muhammad 19 )
Dalam menyampikan ilmu, nabi biasanya mengulang hingga 3 kali, berdasarkan hadits Nabi : “Anas r.a mengatakan bahwa apabila Nabi SAW, mengatakan suatu perkataan beliu mengulanginya tiga kali sehingga dimengerti. Apabila beliau datang pada suatu kaum, maka beliau memberi salam kepada mereka tiga kali “.( HR Bukhari )

Ilmu dapat menyebabkan seseorang menjadi mulia, baik di hadapan manusia dan di hadapan Allah : “...........Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS Al Mujadalah : 11 )
Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya
Allah Subhanahu Wa Ta’alaa mengabarkan secara khusus tentang diangkatnya derajat orang yang berilmu dan beriman. Allah ta’laa berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman. Apabila dikatakan kepadamu :Berilah kelapangan dalam majelis, maka lapangkan lah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( Al Mujadalah : 11 )
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur’an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya”.
Alkisah, di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu”. Sejak itulah, orang rersebut belajar ilmu syar’i hingga ia menjadi orang yang alim, sehingga akhirnya ia diangkat menjadi Qadhi ( Hakim ) di Makkah selama 20 ( dua puluh ) tahun. Dan apabila ada orang yang berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri.
Maka tidak diragukan lagi, orang yang berilmu dan mengamalkannya, kedudukannya akan diangkat oleh Allah di dunia dan akan akan dinaikan derajatnya di akhirat.
Orang Yang Berilmu Adalah Orang-orang Yang Takut Kepada Allah SWT
Allah menggambarkan bahwa mereka adalah orang-orang yang takut kepada Allah Ta’laa, bahkan Allah mengkhususkan mereka di antara manusia dengan rasa takut tersebut. Allah berfirman : “..........Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadanya hanyalah para ulama’”. ( QS Faathir : 28 )
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan”.
Imam Ahmad Rahimahullah berkata, “Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah”. Apabila seseorang bertambah ilmunya, maka akan bertambah rasa takutnya kepada Allah.
Menuntut Ilmu Akan Membawa Kepada Kebersihan Hati, Dan Kemuliaan Dalam Kehidupan
Sesungguhnya hati manusia akan menjadi lebih bersih dan mulia dengan mendapatkan ilmu syar’i dan itulah kesempunaan diri dan lemuliaannya. Orang yang menuntut ilmu akan bertambah rasa takut dan taqwanya kepada Allah. Hal ini berbeda dengan orang yang disibukkan  oleh harta dan dunia, padahal harta tidak membersihkan dirinya, tidak menambah sifat kesempurnaan dirinya, yang ada hatinya akan menjadi tamak, rakus, dan kikir.
Sesungguhnya mencintai ilmu dan mencarinya adalah akar segala ketaatan, sedangkan mencintai harta dan dunia adalah akar berbagai kesalahan yang menjerumuskan ke neraka.
Setiap muslim dan muskimah harus mengetahui bahwa orang yang menuntut ilmu adalah orang yang bahagia karena ia mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan perkataan para sahabat. Dengannya hati terasa nikmat dan akan membawa kepada kebersihann hati dan kemuliaan.
 Allah Akan Memudahkan Bagi Penuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga
Al-Qur’an telah lebih dahulu berbicara tentang keutamaan orang yang mencari ilmu. Rasulullah pun menggambarkan tentang keutamaan orang yang mencari ilmu dalam hadits-hadits shahihnya.
Rasulullah pernah bersabda tentang orang yang berjalan keluar untuk mencari ilmu : “Seseorang yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. ( HR Bukhari )
Ilmu harus dipertanggung  jawabkan. Adalah suatu kewajiban bagi seseorang yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya, mengajarkan ilmunya dengan ikhlas, dan tidak menyembunyikannya agar orang lain dapat memanfaatkan serta mengamalkannya.
Rasulullah SAW bersabda :”Seseorang yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian dia menyembunyikannya ( tidak mau menjawabnya ), maka pada hari kiamat ia akan dicambuk dengan cambuk dari api  neraka”. ( HR Abu Dawud dan Tirmidzi )
Akhirnya sebagai penutup tulisan ini, ilmu menuntut amal. Berbicara  dengan amal lebih utama dari berbicara dengan kata. Orang yang  miskin adalah yang lenyap umurnya karena ilmu yang dimiliki tidak diamalkan, dia akan bangkrut di akhirat sedangkan dia memiliki banyak beban yang harus di pertanggung jawabkan.( Ibnu Aljauzi ). Untuk itu marilah kita berasama-sama untuk mencari ilmu dan memperluas pengetahuan dari sekarang.


Oleh : Rahmat Sugiharto

13 Agustus 2012

Kebiasaan yang diulang


Kebiasaan Yang Diulang
Di tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki kerahlian memanah yang tiada tandingnya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buuah anak panah.
Setelah semuanya siap, kemudian sang panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.
Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat. Sungguh luar biasa. Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, “Rakyatku, lihatlah panglimamu ! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian ?
Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, “Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih”.
Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, “Tunggu sebentar !” Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut.
Panglima dan rakyat tercengang. Mereka bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, “Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih ! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian”.
Dari cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu : Betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power !
Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berfikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, dan lain sebagainya.

12 Agustus 2012

Menjaga lisa dan besyukur


Menjaga Lisan Dan Senantiasa Bersyukur

Sebagai muslim hendaknya kita mengerti bagaimana cara-cara mejaga lisan dan senantiasa selalu bersyukur, kita hidup di dunia adalah hanya untuk berlomba-lomba dalam kebenaran demi terwujudnya manusia yang agung. Jangan menganggap kita di dunia hanya mencari kesenangan keduniaan belaka, dan kita melupakan Allah SWT yang telah mencipta kan bumi dan seisinya, Allah berfirman :
“Dialah yang mejadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air ( hujan ) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.( QS Al-Baqarah : 22 ).
Penciptaan bumi dan langit merupakan karunia Allah SWT terhadap semua makhluk yang ada di bumi, dengan penciptaan itu Allah menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk manusia seluruhnya, hal ini berlandaskan firman Allah :
“Dia lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak ( menciptakan ) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.( QS Al-Baqarah : 29 ).
Ni’mat Allah ta’alaa yang telah dilimpahkan kapada kita besar dan banyak sekali, sehingga kita tidak bisa menghitungnya setiap detik, setiap waktu nafas kita selalu terhembus, begitu juga mata kita pun bisa melihat sesuatu yang indah. Allah ta’laa berfirman :
“Dan jika kalian menghitung ni’mat Allah niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya”.( QS Ibrahim : 34 ).
Di antara sekian banyak ni’mat yang terdapat dalam anggota tubuh kita yang bisa di rasakan dari banyaknya ni’mat yang diberikan Allah adalah lisan atau lidah, karena dengan lisan kita bisa mengungkapkan keinginan dan berkomunikasi dengan orang lain.
“Bukankah kami telah menjadikan untuknya dua mata, lisan dan dua bibir”.                  ( QS Al-Balad : 8-9 ).
Lisan bisa membuat kita terjerumus ke dalam neraka, dengan kita menyalah gunakan ni’mat Allah ini. Melalui lisan kita bisa menjatuhkan martabat orang lain, menyakiti hati orang lain dan memfitnah teman dan saudara-saudara kita. Tanpa disadari seringkali kita mengucapkan sesuatu perkataan dilepas begitu saja tanpa penjagaan dan pemikiran panjang antara baik serta buruknya, sehingga kadang-kadang keluar kalima-kalimat yang membinasakan, seperti dusta, ghibah, mencela dan lain sebagainya. Dan perkataan tersebut dengan mudah diucapkan secara ringan begitu saja tanpa adanya beban dan penyesalan serta tidak memikirkan akibatnya seakan-akan tidak ada balasan oleh apa yang telah diperbuat.
Sebaiknya dalam perkataan dan sebelum diucapkan terlebih dahulu harus difikirkan kegunaan dari pembicaraan kita, apakah perkataan kita salah atau benar, menyakitkan atau menyenangkan dll.
Lidah memang tidak bertulang sehingga mudah sekali berkata dengan seenaknya, oleh sebab itu kita sebagai generasi muslim harus bisa menjaga lisan kita dengan sebaik-baiknya. Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam bersabda :
“Seorang mukmin adalah orang muslim yang selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. ( HR Muslim ).
Bahwasanya lisan itu adalah anggota tubuh yang sangat berbahaya bagi diri kita sendiri maupun orang  lain. Seorang muslim adalah orang muslim yang selamat dari lisannya, yakni ia menahan lisannya dari perkataan yang kotor dan terlarang oleh agama, tidak menyebutkan kejelekan-kejelekan sesama manusia melainkan kita harus berbicara dengan hal-hal yang bermanfaat serta dalam bingkai kebaikan, misalnya : diskusi, membaca buku, mengaji dan saling memberi nasehat, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya.
Maka dengan menjaga lisan dengan baik dan perkataan yang tidak dusta maka jaminannya adalah surga. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :
“Siapa yang menjamin untukku apa yang  ada di antara dua tulang rahangnya ( yaitu lisan ) dan apa yang ada di antara dua kakinya ( yaitu kemaluannya ) maka aku menjamin surga baginya” ( HR Al- Bukhari ).
Salah sat faktor yang mendorong timbulnya rasa syukur kita pada Allah adalah berbaik sangka atau husnuzon terhadap ketentuan Allah. Karena dengan hal itulah kita dapat berfikir bahwasanya dibalik semua permasalahan yang Allah berikan kepada kita, ada sebuah hikmah yang ingin Allah tampakkan di hadapan kita. Dan terlepas dari segala kemudahan yang telah Allah janjikan setelah kesulitan, maka hikmahnya adalah berupa sebuah keni’matan yang lebih utama, karena dengan mengetahui hkmah dari sebuah ujian hidup kita dapat mengerti hakekat hidup hidup yang dirancang Allah untuk kita, dan jika kita telah mengetahui apa hakekat hidup, insya Allah kita dapat lebih bijak dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan.
Allah ta’alaa telah  memerintahkan kita agar senantiasa berhusnuzon kepada-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam sebuah hadis qudsi :         ( Allah ta’laa Berfirman ) “Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku........”
Maknanya ialah jika kita menaruh prasangka yang baik kepada Allah, maka insya Allah, Allah akan memberikan kemudahan atas segala permasalahan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Syukur Mendatangkan Ni’mat
Saudaraku, satu hal yang perlu kta sadari dan kita yakini, suatu masalah yang datang menghampiri hidup kita sebenarnya adalah sebuah proses yang dirancang oleh Allah untuk menaikkan derajat kita di mata-Nya, apabila kita menyikapinya dengan senantiasa berbaik sangka pada Allah. Ibarat seorang anak yang sedang belajar di sebuah sekolah, ia tidak akan pernah merasakan ni’matnya naik kelas jika ia tidak menjalani ujian kenaikan kelas. Begitu pula dengan hidup kita,  jika Allah menginginkan hambanya manjadi manusia yang memiliki derajat yang lebih mulia di sisi-Nya, maka Allah akan menguji kita terlebih dahulu sebelum memberikan kesempatan pada kita untuk memetik manisnya kehidupan setelah melewati berbagai macam ujian.
Bentuk dari syukur kita kepada Allah adalah diantaranya menggunakan ni’mat Allah dengan sebaik-baiknya dan menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat dan di haramkan oleh agma, selalu bersyukur maka akan selalu mendapatkan perlindungan dan berkah bagi pelakunya dari Allah, jauh dari siksaan dan azab neraka, dan banyak saudara-saudara yang senantiasa selalu menyayangi dan memberi bantuan karena kita selalu berkata yang baik-baik, sopan dan selalu manjaga lisan, begitu indah dunia ini jika semua manusia bisa menjaga lisan dan berhati-hati dalam berkata.
Hikmah bagi orang yang selalu menjaga lisan dan perkataan dapat kita ketahui secara jelas dan gamblang melalui gambaran dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, diantaranya adalah :
1.             Balasannya adalah surga
2.             Ni’mat selalu bertambah
3.             Disegani banyak umat manusia
4.             Hidup menjadi damai
5.             Terhindar dari fitnah
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bersyukur, bersyukur dengan lisan bisa dilakukan melalui dzikir dan do’a serta sanjungan kepada Allah ta’alaa yang telah memberi ni’mat dan rezeki yang tak terhingga. Sudah sepatutnya tidak hanya sekedar memuji saja tetapi harus menunjukkan kecintaan  kita kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi cinta kita terhadap diri sendiri dan orang yang kita sayangi.
Apabila kita selalu dan sering bersyukur maka Allah akan menambah rezeki dan ni’mat-Nya, begitu juga dengan kualitas kehidupan kita, keberkahan dalam hidup akan semakin banyak dan selalu bertambah. Dan bersyukur mempunyai peranan penting dan kedudukan yang mulia dalam islam. Syukur laksana seutas tali untuk mengikat ni’mat-ni’mat yang ada dan ni’mat yang belum ada.
Syukur dan menjaga perkataan memiliki kedekatan serta keterkaitan yang begitu erat dan kokoh yang saling menopang antara yang satu dengan yang lainnya laksana saudara kandung, begitu juga beriman tanpa ada rasa syukur atas ni’mat-Nya disebut kufur, sama halnya dengan kufur yang begitu dekat dengan ingkar, semoga kita selalu menjadi hamba Allah yang senantiasa menjaga lisan serta bersyukur dan tidak kufur dari nu’mat-Nya.
Wallaahu ta’alaa a’lam bish-shawaab.


Oleh : Nugroho Yusuf